8/01/2016

Cucak Rowo bukan milik Didi Kempot, Ini Fakta Sesungguhnya !

Gambar : Didi Kempot bukan pelantun asli lagu "Cucak Rowo"

BUKAN hanya goyang ngebor Inul Daratista saja yang memunculkan polemik. Lirik lagu dangdut Jawa ''Cucak Rowo'' pun kini memunculkan kontroversi di tengah masyarakat. Bukan saja sebagian orang tua yang merasa kurang sreg atas lagu itu, namun penyanyi keroncong ternama asal Solo, Hj Waldjinah, pun mengkritisi lagu yang lagi ngetren itu.
Di sebuah harian nasional, si Walang Kekek itu meminta lirik lagu tersebut diubah yang lebih halus dan sopan. Dia menilai lirik lagu itu berbau pornografi, dan divisualkan secara jelas.
Memang, begitu populernya lagu itu membuat sebagian orang tua agak risih. Sebab, anak-anaknya begitu fasih menyanyikan, bahkan minta dibelikan kasetnya. Meski dengan cedal, bocah-bocah pun banyak yang hafal lirik lagu tersebut.
Bisa jadi, sorotan miring terhadap lagu yang penciptanya berkategori no name (NN) itu tertuju pada bait terakhir lagu tersebut; ...manuke manuke cucak rowo/ cucak rowo dowo buntute/ buntute sing akeh wulune/ yen digoyang ser.. ser.. enak rasane.../.
Tak pelak, lagu tersebut cepat meledak di pasaran dan begitu memasyarakat. Setiap ada pentas dangdut, campursari, atau organ tunggal, selalu saja ada permintaan lagu itu. Bahkan, seakan-akan sudah menjadi ''lagu wajib'' bagi suporter PSIS yang tergabung dalam Panser Biru saat memberi dukungan tim kesayangannya ketika berlaga di Stadion Jatidiri Semarang.


Orang Semarang
Siapakah sebenarnya yang memopulerkan lagu tersebut? Adalah Hr Senopati, warga Perumahan Bumi Wanamukti Semarang. Sebenarnya, di dunia dapur rekaman, pria yang bernama asli Harris Sudarwanto dan akrab dipanggil Londo itu sudah tak asing lagi. Dialah sang pencipta lagu ''Bojo Loro'', yang beberapa tahun silam ngetren dan hingga kini tetap menjadi hits untuk lagu-lagu campursari.

Tentang kemunculan lagu ''Cucak Rowo'', dia mengaku terinspirasi ketika suatu pagi para tentara lari pagi menyanyikan lagu-lagu yang penuh semangat. Kebetulan beat lagu itu mempunyai tempo mars, dan sangat sesuai jika dipakai pasukan untuk menambah semangat.
Dari situlah Hr Senopati, yang memiliki studio rekaman Mojopahit Record, itu mencoba mengaransemen bersama rekannya, Handoyo. Pada akhir tahun 2002, jadilah lagu yang kini banyak digandrungi penggemar musik dangdut campursari itu.

Londo, yang dalam lagu itu menyanyikan sendiri pada bait pembuka, menggandeng dua penyanyi kakak-beradik asal Semarang, Novi-Kiki. Begitu diluncurkan, ternyata banyak peminat. Tak heran jika belakangan bermunculan pula lagu serupa, dengan aransemen dan produser yang berbeda. Namun banyak kalangan menilai, aransemen karya Londo sangat enak dinikmati.
Bagaimana reaksi dia atas kritikan Waldjinah, juga sebagian masyarakat, tentang pornografi? Dia mengatakan, porno dan tidak lirik lagu itu tergantung pada sisi mana seseorang menilainya. ''Mungkin ada sebagian orang mengonotasikan manuk (burung) itu secara berlebihan, sehingga terkesan saru,'' katanya.

Padahal, lanjut si pelantun lagu keroncong ''Lungiting Asmoro'' itu, manuk dalam lirik lagu ini jelas disebutkan sebagai burung cucak rowo.
''Kalau kemudian ada kata-kata yen digoyang ser.. ser.. aduh enake, menurut saya maksudnya jika burung itu dipetheti, suaranya sungguh enak didengar,'' kilahnya.

Londo mengaku tidak bermaksud numpang tenar Inul ketika meluncurkan ''Cucak Rowo''. Sebab, jauh sebelum Inul muncul, dia sudah mencipta lagu ''Bojo Loro'' yang juga meledak di pasaran.

Dia mengatakan, kalau lagunya itu dianggap saru, sebenarnya dalam album yang diberi label Seleksi Dangdut Adem Panas itu ada judul lagu yang lebih ''panas'' lagi, yaitu Badaur. Tanpa malu-malu diakuinya lagu itu sebenarnya bersumber dari lagu yang dulu kerapkali dibawakan pengamen di lokalisasi Sunan Kuning Semarang. ''Aslinya sangat saru dan pendek, kemudian saya utak-atik, jadilah lagu 'Badaur' di album saya itu,'' katanya. Lagu ini menggambarkan anak berandalan yang hidup sendiri tanpa istri dan dalam kesehariannya hanya berjudi dan tidak pernah mandi.

Pendek kata, Londo bermaksud lewat lagu-lagunya itu ada unsur edukatif. Misalnya, sosok seperti Badaur tak pantas dicontoh. Begitu juga ''Cucak Rowo'', yang mengingatkan bahwa zaman sekarang adalah zaman edan, sehingga orang yang sudah berusia lanjut pun menikahi gadis belia.
Sedangkan lagu ''Bojo Loro'' dimaksudkan sebagai cermin bagi para kepala keluarga, supaya sebisa mungkin menghindari memiliki istri lebih dari satu. ''Biar kepala tidak pusing,'' ungkapnya.

Londo mengakui, lagu ''Cucak Rowo'' laku keras di pasaran. Dalam empat bulan ini saja sudah terjual lebih dari 40,000 kaset. Ternyata tudingan pornografi dalam lagu itu justru menggugah animo masyarakat untuk memiliki kasetnya.

Dewi Fortuna tampaknya juga sedang berpihak pada Novi dan Kiki. Gara-gara menyanyikan lagu itu, kakak-beradik yang tinggal di Sampangan Semarang itu kini laris manis. Keduanya sering memperoleh job atau tanggapan manggung.
''Setiap pentas, penonton selalu minta dinyanyikan ''Cucak Rowo''. Kalau belum menyanyikan lagu itu, saya tak boleh turun dari penggung. Bahkan, tidak jarang minta diulang,'' aku Novi usai pentas di Makodam IV/Diponegoro, kemarin sore.

Selama menjadi penyanyi, baru kali ini lagunya di dapur rekaman bisa sukses besar. Ternyata di Semarang pun terpendam potensi para penyanyi dan pencipta lagu yang patut dibanggakan. (sumber : Suara Merdeka, 3 Mei 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar