Gambar : Raden Wisanggeni
Bathari Durga berencana ingin menggagalkan perang Bharatayudha dengan cara membinasakan para Pandawa Lima. Ia menghimpun seluruh kekuatan barisan pasukan denawa yang kasat mata dan sakti pilih tanding. Dalam rencana penyerangan itu Prabu Dewasrani ikut membantu sekaligus ingin menutaskan balas dendam kepada salah satu anggota Pandawa Lima, Arjuna.
Prabu Dewasrani punya misi tersendiri, ia ingin melenyapkan Arjuna untuk kedua kalinya setelah gagal memperistri Bathari Dresanala yang mengakibatkan lahirnya Wisanggeni.
Dalam invasi tersebut, mereka mulai menebar kekacauan dan membuat huru hara di seluruh penjuru negeri Wirata. Mereka yang tak kasat mata segera menyerang dengan serangan psikologis, yakni membuat semua orang kerasukan roh jahat.
Kekacauan di Wirata akibat ulah para denawa yang merasuki tubuh penduduk membuat persiapan para Pandawa dan seluruh punggawa kerajaan Wirata terganggu. Mereka mulai sulit untuk menemukan jalan keluar bagaimana caranya agar wabah kerasukan ini bisa diatasi.
Sementara itu di Kahyangan yang jauh, Wisanggeni dan Antasena sedang berbincang-bincang dengan Sang Hyang Wenang mengenai keterlibatan mereka berdua di perang Bharatayudha. Kedua ksatria itu berniat ingin membantu para Pandawa Lima.
Namun, Sang Hyang Wenang memperingatkan agar tidak boleh ikut campur urusan yang sudah di kodratkan Yang Maha Kuasa. Antasena yang sudah lama mengidam-idamkan diri menjadi senopati dalam perang Bharatayudha berniat menolak usulan Sang Hyang Wenang.
Antasena berpendapat bahwa jika ia dan Wisanggeni tak ikut berperang' maka Pandawa Lima akan kalah dan tentu nasib kedua ayah mereka akan celaka. Wisanggeni sangat mengkhawatirkan ayahnya, Arjuna dan juga kakak-kakaknya yang sedang bersiap-siap mengikuti perang besar itu.
Sependapat dengan Wisanggeni, Antasena juga mengkhawatirkan nasib Ayahnya, Werkudara dan Gatotkaca kakaknya yang ingin berperang membela kebenaran yang hak. Prihatin dengan nasib orang tua mereka, Wisanggeni dan Antasena sudah berikrar ingin membantu para Pandawa Lima dalam menjalankan perang Bharatayudha.
Sang Hyang Wenang akhirnya memberi jawaban, Wisanggeni dan Antasena boleh membantu para Pandawa Lima dengan syarat mereka harus menyingkirkan bahaya yang lebih mengkhawatirkan dibanding perang Bharatayudha itu sendiri.
Menurut Sang Hyang Wenang, rencana para Pandawa dalam membangun koalisi tempur' bisa gagal jika sekumpulan lelembut dan denawa dari Kahyangan Setra Ganda Mayit berhasil membunuh para Pandawa secara psikologis.
Lalu, Antasena berdiri dan berkata bahwa ia akan selalu berada di pihak Pandawa Lima jika ada yang berani menggagalkan rencana perang Bharatayudha. Maka pergilah Antasena sambil membawa tekad membara untuk tetap meluruskan niat para Pandawa Lima merebut tahta yang dikuasai para Kurawa.
Sepeninggal Antasena, Wisanggeni di beri senjata wasiat berwujud Gada Emas oleh Sang Hyang Wenang untuk membinasakan para denawa dan lelembut yang ingin merusak konsentrasi para Pandawa Lima.
Wisanggeni pergi meninggalkan Sang Hyang Wenang, ia turun bersama Antasena memerangi para denawa dan lelembut dari Kahyangan Setra Gandamayit. Sesampainya di perbatasan kerajaan Wirata, Wisanggeni dan Antasena sambil bertolak pinggang menanti kedatangan wadyabala denawa dari Kahyangan Setragandamayit.
Tak disangka para wadyabala sudah berada disana, namun mereka terkejut saat melihat Wisanggeni dan Antasena menghadang jalan mereka. Langsung saja Wisanggeni dan Antasena menyerbu kawanan denawa yang dihadangnya. Pertempuran sengit tak terelakan lagi, semua denawa mengeroyok Antasena dan Wisanggeni.
Bagaimanapun juga mereka semua tak mampu mengalahkan kedigdayaan Antasena, Wisanggeni apalagi' sekali serang dengan semburan api dari mulutnya, ratusan kawanan denawa ludes tanpa sisa.
Bahkan dalam satu kali serang saja, Wisanggeni mampu melumpuhkan ribuan lelembut' melihat kejadian itu Prabu Dewasrani keluar dari kereta kencana dan menyerang Wisanggeni.
Pertarungan satu lawan satu pada hari itu sangatlah seru, selama pertarungan berlangsung kondisi cuaca sedang tidak bagus. Apalagi suara petir menyambar-nyambar dengan nyaringnya, kilat turut serta menghiasi suasana mencekam waktu itu.
Prabu Dewasrani yang kewalahan segera mengeluarkan senjata pusakanya yakni Cis Jaludara, ketika Cis Jaludara menerjang tubuh Wisanggeni, senjata itu berhasil membuat putra Arjuna dengan Bathari Dresanala terkapar tak berdaya. Sontak semua wadyabala denawa dan lelembut bersorak sorai atas kemenangan Prabu Dewasrani. Namun, Wisanggeni kembali berdiri meskipun sudah terluka akibat serangat Cis Jaludara.
Segera Wisanggeni mengeluarkan senjata pemberian Sang Hyang Wenang, ialah Gada Emas' Prabu Dewasrani melihat senjata itu segera menyerang dengan Cis Jaludara lagi. Adu kekuatan antara Cis Jaludara dengan Gada Emas membuat suara gemuruh petir kian mencekam.
Akhirnya senjata milik Prabu Dewasrani lenyap terkena daya dari senjata milik Wisanggeni, senjata Cis Jaludara hancur terkena hantaman Gada Emas. Prabu Dewasrani yang takut terkena serangan Gada Emas segera kabur dari medan pertempuran.
Namun sayang, ketika hendak kabur' Wisanggeni mengeluarkan semburan api yang panasnya melampaui panasnya api kawah candradimuka. Prabu Dewasrani tak bisa menghindar dari panasnya kobaran api itu. Maka tewaslah ia beserta seluruh wadyabala denawa dan lelembut dibawa pimpinanya.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar