Gambar : Raden Antasena
Setelah berhasil
mengalahkan Batari Durga, Batara Kala dan Prabu Dewasrani’ Antasena dan
Wisanggeni berniat membinasakan Pandumeya dan Jarameya yang merupakan mata-mata
dari Kahyangan Setra Ganda Mayit.
Berbekal senjata Gada Emas, Antasena dan Wisanggeni mencoba
mencari keberadaan Pandumeya dan Jarameya agar tidak lolos. Rupanya Pandumeya
dan Jarameya sedang bersembunyi di dalam gua yang gelap sekali.
Meskipun bersembunyi, Antasena berhasil menemukan keberadaan
keduanya yang berada didalam sana. Dengan jurus yang membuat seisi gua
bergetar, Antasena mencoba memancing kedua raksasa bajang yang melarikan diri
itu. Namun, mereka berhasil kabur karena kesaktian mereka yang luar biasa.
Antasena sebal karena gagal membinasakan mereka, Wisanggeni kemudian mendapat ide
bagaimana caranya agar Pandumeya dan Jarameya tertangkap.
Lalu, Wisanggeni datang ke Kahyangan Setra Ganda Mayit
mendahului Pandumeya dan Jarameya’ ketika sampai disana Wisanggeni menemukan 2
buah kalung jimat penyegel yang terletak di sudut gua. Wisanggeni menduga jimat
penyegel ini sebagai sumber kesialan Pandumeya dan Jarameya.
Lalu, Wisanggeni bersembunyi dengan mengkasatkan wujudnya
agar tidak terlihat’ tak lama Pandumeya dan Jarameya kembali ke Kahyangan Setra
Ganda Mayit. Mereka berdua merasa sudah tidak punya haluan untuk mengabdi,
karena sesembahan mereka sudah tewas dibunuh Antasena dan Wisanggeni. Karena
lengah, Pandumeya dan Jarameya berhasil ditangkap Wisanggeni yang sendari tadi
mengkasatkan wujudnya.
Pandumeya meminta ampunan dari Wisanggeni, tetapi putra
Arjuna tersebut tidak tinggal diam’ akhirnya jimat penyegel itu dikalungkan ke
leher Pandumeya. Seketika tubuh Pandumeya mengeluarkan asap dan lantas terbakar
mengeluarkan api. Maka tewaslah Pandumeya karena terkena daya dari kalung jimat
yang dikalungkan Wisanggeni. Jarameya juga mengalami hal serupa, ia turut tewas
setelah lehernya dikalungkan jimat penyegel. Seusai menyelesaikan tugasnya,
Wisanggeni mengeluarkan seluruh api dari tubuhnya untuk membakar seluruh isi
Kahyangan Setra Ganda Mayit menjadi abu.
Setelah api keluar dari tubuhnya, Wisanggeni segera pergi
dari tempat itu sehingga membiarkannya terbakar tanpa sisa. Maka berakhirlah
sudah riwayat Kahyangan Setra Ganda Mayit karena sudah dibinasakan oleh
Wisanggeni.
Antasena kembali berkumpul dengan Wisanggeni setelah
tugasnya selesai, mereka memutuskan kembali menemui Sang Hyang Wenang. Saat
bertemu Sang Hyang Wenang, Antasena melapor bahwa tugasnya menyingkirkan
gangguan dari Batari Durga dan antek-anteknya sudah selesai.
Sang Hyang Wenang bangga dengan kinerja kedua ksatria itu,
kemudian mereka berdua menanyakan bolehkah mereka menemui para Pandawa Lima
untuk bergabung menjadi punggawa di Kerajaan Wirata. Tetapi, Sang Hyang Wenang
tidak mengizinkan Antasena dan Wisanggeni menemui orangtua mereka karena jika
Antasena dan Wisanggeni ketahuan membinasakan seluruh penghuni Kahyangan Setra
Ganda Mayit, maka mereka berdua akan berurusan dengan Batara Guru karena selama
ini dewa yang paling berkuasa itu cenderung lebih sering dipengaruhi
orang-orang Kahyangan Setra Ganda Mayit.
Mereka kemudian diberi peraturan bahwa Antasena dan
Wisanggeni tidak boleh ikut Bharatayudha, karena dianggap mengotori isi Kitab Jitapsara yang
sudah ditulis ratusan tahun yang lalu. Akhirnya mereka memilih jalan untuk
menjadi tumbal perang demi kemenangan orangtua mereka.
Mendengar keputusan itu, Sang Hyang Wenang segera
mengeluarkan sihirnya untuk menghilangkan raga Antasena dan Wisanggeni. Muncul
cahaya dari tubuh Sang Hyang Wenang mengenai tubuh Antasena dan Wisanggeni,
tanpa diduga jiwa dan raga mereka hilang seketika.
Maka berakhirlah hidup Wisanggeni dan Antasena setelah
menyelesaikan tugasnya menghancurkan semua bahaya yang hendak mengancam para
Pandawa Lima. Kali ini tinggal menunggu cerita setelah kejadian tadi. Kira-kira
apa yang akan terjadi ketika semua pihak dari Pandawa Lima maupun Kurawa
Seratus sudah berkumpul di Padang Gurung Kurukasetra ?
(TAMAT)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar