Gambar : Repsol
Masa Depan Marc Marquez semakin tidak menentu setelah HRC menetapkan Pol Espargaro sebagai pembalap baru.
Pol Espargaro adalah pembalap yang konsisten dan mumpuni, dia merupakan
rival Marc Marquez di kejurnas balap junior domestik dan pernah berduel
di Moto2.
Pol Espargaro sempat jadi juara dunia Moto2 pada tahun
2013 sebelum naik kelas ke MotoGP pada tahun 2014 dengan bergabung
bersama Yamaha Tech 3. Prestasi Pol Espargaro biasa-biasa saja
bahkan dianggap tidak layak naik ke tim pabrikan Yamaha.
Yamaha waktu
itu baru saja melepas Jorge Lorenzo ke Ducati karena berselisih dengan
Valentino Rossi. Kontan, Pol Espargaro didengungkan sebagai calon
pengganti Jorge Lorenzo.
Sayangnya kesempatan untuk menjadi tandem
Valentino Rossi buyar setelah Maverick Vinales teken kontrak ekslusif
dengan Yamaha pasca 2 tahun menggeber Suzuki.
Yamaha ternyata lebih suka pembalap dari pabrikan lain dibanding pembalap satelitnya sendiri karena tuntutan dari manajemen.
Pol Espargaro yang sudah berjuang sejak tahun 2014 untuk mendapat
posisi di tim pabrikan demi mendampingi Valentino Rossi malah dibuat
mangkel dengan keputusan Yamaha.
Yamaha lebih memilih Maverick Vinales dengan alasan yang cukup logis namun penuh kepalsuan, yaitu usia !
Yamaha ingin seperti Honda yang selalu berprestasi dengan pembalap-pembal ap mudanya seperti Marc Marquez. Tapi, Yamaha jelas tidak mudah meraih kemenangan atau podium terlalu
sering lantaran kualitas motornya yang sulit bersaing secara kompeten
dan konsisten.
Maverick Vinales sejatinya masih punya kans untuk bertahan di Suzuki karena motor GSX 1000 RR sudah nyaris sempurna. Namun, tawaran yang diberikan Yamaha cukup menggiurkan sehingga dengan mudanya Vinales pindah.
Nyatanya, Maverick Vinales justru senasib dengan seniornya dulu' Carlos Checa yang juga semula digadang-gadang
sebagai calon rekan Alex Criville di Honda.
Nasib Carlos Checa berubah semenjak diajak Max Biaggi menunggangi Yamaha dan nasibnya cuma sekedar sebagai penggembira.
Jelas nyata antara Maverick Vinales dan Carlos Checa itu memiliki kesamaan meski bedanya Checa tidak juara MotoGP malah sukses menjuarai WSBK pada tahun 2011.
Vinales yang bermodalkan gelar juara di Moto3 malah bisa bergabung dengan Yamaha yang sejatinya cuma dihuni pembalap senior berpengalaman sekaliber Valentino Rossi.
Pol Espargaro ditipu oleh Yamaha, akhirnya pindah ke KTM yang kebetulan memulai debutnya di MotoGP lewat management Ajo Motorsport.
Pol Espargaro tidak yakin dirinya bisa pisah secara baik-baik dengan KTM lantaran performa motor RC16 dari tahun ke tahun makin meningkat bahkan menyumbang podium di GP Valencia 2019 lalu.
Yamaha ingin seperti Honda yang selalu berprestasi dengan pembalap-pembal
Maverick Vinales sejatinya masih punya kans untuk bertahan di Suzuki karena motor GSX 1000 RR sudah nyaris sempurna. Namun, tawaran yang diberikan Yamaha cukup menggiurkan sehingga dengan mudanya Vinales pindah.
Nyatanya, Maverick Vinales justru senasib dengan seniornya dulu' Carlos Checa yang juga semula digadang-gadang
Nasib Carlos Checa berubah semenjak diajak Max Biaggi menunggangi Yamaha dan nasibnya cuma sekedar sebagai penggembira.
Jelas nyata antara Maverick Vinales dan Carlos Checa itu memiliki kesamaan meski bedanya Checa tidak juara MotoGP malah sukses menjuarai WSBK pada tahun 2011.
Vinales yang bermodalkan gelar juara di Moto3 malah bisa bergabung dengan Yamaha yang sejatinya cuma dihuni pembalap senior berpengalaman sekaliber Valentino Rossi.
Pol Espargaro ditipu oleh Yamaha, akhirnya pindah ke KTM yang kebetulan memulai debutnya di MotoGP lewat management Ajo Motorsport.
Pol Espargaro tidak yakin dirinya bisa pisah secara baik-baik dengan KTM lantaran performa motor RC16 dari tahun ke tahun makin meningkat bahkan menyumbang podium di GP Valencia 2019 lalu.
Honda
memang membutuhkan sosok pembalap tua yang menjadi mentor sekaligus
pendamping setia. Seperti halnya Tohru Ukawa mendampingi Alex Criville
dan Valentino Rossi antara tahun 2001-2002.
Soal performa, Motor RC213V memang paling kuat dalam segala hal karena racikan Livio Suppo yang pernah memberikan kontribusi pesatnya motor.
Repsol Honda harus segera mungkin menentukan pilihan agar kelak tidak membuat blunder saat waktu merekrut Jorge Lorenzo. Sebab, pengalaman bukan hanya satu modal untuk menunggangi motor V4 milik Honda, tapi juga keberanian yang tidak terbatas agar bisa bersaing meski tidak harus menang.
Soal performa, Motor RC213V memang paling kuat dalam segala hal karena racikan Livio Suppo yang pernah memberikan kontribusi pesatnya motor.
Repsol Honda harus segera mungkin menentukan pilihan agar kelak tidak membuat blunder saat waktu merekrut Jorge Lorenzo. Sebab, pengalaman bukan hanya satu modal untuk menunggangi motor V4 milik Honda, tapi juga keberanian yang tidak terbatas agar bisa bersaing meski tidak harus menang.
"SELESAI"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar