6/18/2015

Seri Bharatayudha : Kresna Duta (PART 3)

Gambar : Prabu Duryudana


 Kedatangan Prabu Kresna beserta keempat dewa di Hastina membuat seluruh isi pasewakan geger, mereka baru pertamakali melihat dewa-dewa datang ke negeri Hastina. Prabu Duryudana memang sudah menduga bahwa setelah Dewi Kunti dan Prabu Drupada yang menjadi utusan, kini tinggal Prabu Kresna yang belum melakukannya. Dalam hatinya ia sudah menegaskan tidak akan menyerahkan negeri Amarta beserta seisi wilayah otonomnya kepada para Pandawa Lima dengan cara apapun termasuk berperang.

Lalu, Prabu Kresna berjalan menuju singgasana dimana putra Prabu Dhestarastra duduk dihadapan semua pejabat kerajaan. Dengan kata-kata halus nan lembut, Prabu Kresna membujuk saudara sulung para Kurawa itu mau berdamai dengan Pandawa Lima. Prabu Kresna menjamin adanya perdamaian dan ramalan mengenai perang besar antar keluarga yang sudah diperkirakan itu akan hancur, bila Prabu Duryudana mau menuruti nasehat Prabu Kresna.

Sayang disayang, Prabu Duryudana lagi-lagi tetap membantah bahwa ia akan menyerah pada ucapan manis. Prabu Duryudana rupanya malah ingin sekali melihat darah mengalir di negerinya' setelah melihat tindakan raja Hastina tersebut maka Bhatara Narada yang menyaksikannya turut bersumpah bahwa perang yang diramalkan akan segera terjadi.

Bharatayudha, itulah perang besar yang telah lama diramalkan sejak dahulu kala.
Prabu Duryudana rupanya ingin menggali liang lahatnya sendiri dengan menjadi korban senjata-senjata para Pandawa Lima.

Dengan nada kasar Prabu Duryudana mengusir Prabu Kresna beserta para Dewa yang tadi menyaksikan jalannya pembicaraan. Maka pada saat itu, Prabu Kresna segera meninggalkan pasewakan untuk menyampaikan hal ini. Dalam hatinya Prabu Kresna berkata bahwa sudah waktunya angkara murka dibinasakan.

Setelah keluar dari istana, Bhatara Narada beserta para dewa yang lain pergi meninggalkan Prabu Kresna untuk menyampaikan berita besar ini. Ketika hendak menuju kereta kuda yang sedang di jaga oleh Setyaki, para Kurawa sudah berkumpul sambil membawa senjata lengkap.

Mereka berniat membunuh Prabu Kresna dengan cara mengeroyoknya, namun Setyaki yang melihat semua anggota Kurawa mengepung junjungannya segera menerjang barisan. Hasilnya Setyaki bertarung sendirian guna melindungi Prabu Kresna.

Tak sampai disitu, usaha Setyaki menemui ganjalan berupa hadangan Burisrawa yang sudah sejak tadi menanti keributan. Burisrawa yang sudah dipengaruhi minum-minuman keras' tanpa alasan yang jelas melempar tombak ke arag Setyaki. Dan ternyata saat melihat kejadian mengerikan ini, Prabu Kresna mulai kehilangan kesabaran.

Sehingga dengan kekuatan yang besar, Prabu Kresna berubah menjadi Brahala Sewu yang tingginya 3 kali lipat gunung. Prabu Kresna mengamuk dengan kekuatannya yang sudah tak terkendali' para Kurawa mengerumuni kaki bahkan ada yang memanjat tubuh Prabu Kresna.

Tapi, setelah mengeluarkan ilmu dari tubuhnya' semua anggota Kurawa yang mengeroyok Prabu Kresna berjatuhan bagai semut yang disemproti obat serangga. Prabu Kresna kian liar dan kekuatannya hampir membuat para Kurawa kewalahan, Resi Bhisma yang melihat dari kejauhan hanya bisa menangis sambil berkata dalam hati bahwa kehancuran para Kurawa dan negeri Hastinapura tinggal menghitung hari.

Kemarahan Prabu Kresna menjadi pertanda buruk bahwa negeri Hastinapura akan menerima hukuman berupa perang yang berlangsung selama 18 hari di sebuah gurun gersang bernama Kurusetra. Sudah dipastikan, Pandawa Lima dan Kurawa akan saling membunuh untuk memperoleh negeri warisan mendiang Prabu Pandu Dewanata.

Tak lama datanglah Bhatara Guru menghentikan kejadian itu, dalam nasehatnya raja para dewa itu berkata bahwa Prabu Kresna tidak berhak membinasakan Kurawa' karena nasib para Kurawa hanya ada di tangan para Pandawa Lima.

Mendengar hal itu, Prabu Kresna kembali ke wujud manusia dan segera pergi meninggalkan negeri Hastinapura untuk mengatakan hal penting kepada para Pandawa bahwa perang besar Bharatayudha akan segera dimulai. Hari mulai senja, Prabu Kresna ingin kembali ke negeri Wirata untuk menyuruh para Pandawa Lima bersiap-siap menghadapi para Kurawa di medan perang. Dan ketika sudah malam, Prabu Kresna melakukan pertemuan secara diam-diam dengan Adipati Karna di negeri Awangga.

Dalam pertemuan itu Adipati Karna diminta untuk membantu para Pandawa Lima, tetapi sayangnya raja yang masih saudara seibu dengan para Pandawa Lima tidak mau mengkhianati janji setianya dengan negeri Hastinapura. Menurut Adipati Karna, negeri Hastinapura sudah lama ia tinggali sejak masih kecil. Demi negara, Adipati Karna rela mengangkat senjata agar negara yang dibelanya sejak lama tak jatuh ketangan musuh, meskipun musuhnya merupakan saudara seibu.

Dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan rasa cintanya terhadap para Pandawa Lima, Adipati Karna meminta Prabu Kresna agar ia nanti bisa dipertemukan dengan Arjuna bila jatah perang tandingnya ada. Maka dari itu Prabu Kresna menyetujui permintaan Adipati Karna' namun Prabu Kresna kembali mengingatkan bahwa barang siapa yang membela kejahatan maka ia akan hancur bersama raganya dalam kehinaan.

Sumpah setia pun diucapkan oleh Adipati Karna, dalam sumpahnya ia berkata bahwa ia akan gugur di medan laga bila senjata andalannya telah kembali ke kahyangan' senjata yang dimaksu itu adalah senjata Kyai Kunta Wijayadanu.

Setelah itu, Prabu Kresna kembali melanjutkan perjalanan untuk kembali ke Wirata agar secepatnya para Pandawa Lima mengadakan upacara sebelum perang. Tujuannya agar segala doa yang diucapkan dalam ritual tersebut bisa menjawab keinginan para Pandawa Lima.

Peristiwa pengeroyokan yang dilakukan oleh para Kurawa menandakan bahwa inilah saatnya Prabu Kresna menjadi mentor sejati para Pandawa Lima dalam menjalani peperangan. Setelah ia bersama Setyaki datang ke Awangga’ Prabu Kresna pun kembali ke Wirata. 

Dengan rasa menyesal, Prabu Kresna meminta maaf kepada Dewi Kunti bahwa ia gagal dalam melaksanakan tugasnya sebagai utusan perdamaian.

Mendengar kegagalan itu, Werkudara makin yakin bahwa kesempatan emasnya menghabisi para Kurawa makin terbuka. Karena dulu ia pernah bersumpah akan menghukum para Kurawa yang telah licik merebut negeri Amarta beserta negeri-negeri jajahannya.

Guna mengawali perang Bharatayudha, Prabu Kresna segera mengusulkan untuk mengadakan upacara suci untuk mendapatkan izin dari Yang Maha Kuasa agar jalannya peperangan bisa menguntungkan para Pandawa.

Upacara itu berupa upacara suci yang mengorbankan seekor kuda atau hewan ternak, segera para Pandawa menyalakan api pancaka untuk melakukan serangkaian syarat-syarat dalam berperang.

Perang yang akan dihadapi para Pandawa bukanlah perang biasa, melainkan perang suci yang akan menelan banyak korban dan darahnya siap membanjiri dunia. Arjuna dan Werkudara segera mencari hewan-hewan atau ternak yang akan dijadikan sesaji.

Cerita berganti di sebuah negeri yang sedang mengalami paceklik, negeri itu bernama Ekacakra yang dahulunya dikuasai Prabu Bakasura. Konon, dahulu Prabu Bakasura adalah seorang raja yang gemar memakan daging manusia karena dirinya adalah raksasa.

Namun, Prabu Bakasura berhasil dikalahkan oleh Werkudara yang saat itu disuruh oleh seorang kakek-kakek  tua bernama Ki Demang Ijrapa. Kali ini berdasarkan cerita asli, Ki Demang Ijrapa bersama  putra semata wayangnya yaitu Bambang Rawan berniat mencari orang yang dahulu pernah menyelamatkan desanya dari teror Prabu Bakasura.

Sambil meninggalkan desa, Ki Demang Ijrapa dan Bambang Rawan berkelana mencari orang yang dimaksud. Rupanya dalam perjalanan mereka berdua bertemu dengan Arjuna dan Werkudara’ pertemuan antara mereka terjadi ditengah jalan.

Akhirnya mereka pun saling bertanya mengenai kabar pribadi, Werkudara yang sudah belasan tahun tak bertemu Ki Demang Ijrapa merasa bahagia bahwa sudah saatnya Ki Demang Ijrapa diboyong ke Wirata untuk diberi kedudukan.

Namun, Ki Demang Ijrapa menolak hal itu’ ia justru hanya ingin mengabdi kepada para Pandawa Lima yang dahulu pernah menyelamatkan nyawa mereka saat di teror raja raksasa itu.

Dan apa yang sedang dipikirkan oleh Ki Demang Ijrapa setelah bertemu dengan Arjuna dan Werkudara ?

(Bersambung)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar