Mau kaya ?
Jadilah Kepala Daerah (Gubernur, Walikota/Bupati) !
Tapi, tunggu dulu... kenapa ada yang salah ?
Rupanya tidak sampai disitu' sebagai masyarakat yang hidup dizaman reformasi hendaknya tahu dan paham akan situasi yang dihadapi bangsa ini.
Ternyata ada hal yang tidak bisa diterima walaupun akhirnya kita sebagai wong cilik harus kalah.
Karena mereka sangat berambisi memperkaya diri dengan mengeruk sumber daya alamnya untuk dimakan keluarga dan dirinya sendiri.
Caranya gampang' tinggal nyalon jadi Kepala Daerah saja sudah beres.
Tinggal main jilat saja' oh... ya' semua pasti lancar tanpa hambatan.
Rata-rata para politisi yang sudah terlanjur jadi pemimpin, mereka terkesan enggan melepas jabatan itu' malahan mereka ingin mewariskan jabatan itu kepada keturunan/keluarga dan kerabatnya sendiri.
Mentang-mentang punya uang, apa saja bisa dibeli' termasuk jabatan dalam pemerintahan.
Kita sebagai orang-orang tak tahu apa-apa, takutnya menderita akibat ulah orang-orang berdasi bersetelan blazer buatan luar negeri. Diatas podium kampanye mereka kerap berjanji dengan rakyat bahwa nanti kalau terpilih bisa memakmurkan daerah dan memajukan wilayah yang dipimpinnya (Kalau Menang Pilkada).
Entah, setelah mereka sudah bertahta diatas singgasana emas' kok lupa sama janji-janji manis itu ?
Katanya dulu mau memakmurkan rakyat, kok ketika rakyat susah nyari beras, mahal beli baju dan setengah mati mencari uang ' malah dirinya sendiri yang makmur.
Katanya pernah kontrak tanah dengan beberapa perusahaan untuk melancarkan pembangunan' tapi kenapa baru peletakan batu pertama langsung jadi batu yang terakhir. Kerjanya jumpa pers dengan wartawan dan doyan ngoceh didepan layar kaca.
Kalau dilihat-lihat tampangnya kita pengen ngebunuh dia'
Tapi, ketika kita teriaki dia maling' eh... langsung berubah wujud jadi malaikat.
Nggak salah tuch ?
Kan katanya dulu pernah ada, seorang pemimpin berangkat haji disaat kasus korupsi yang dihadapinya sedang diusut oleh lembaga hukum. Ndilalah, dia berangkat haji dengan uang korupsi yang sedang ditanyakan oleh lembaga hukum yang sedang mengusut kasusnya.
Astaghfirullah... berangkat haji kok pakai uang korupsi ?
Haji nya nggak mabrur bro'
Anehnya lagi, ketika salah satu anggota keluarganya terlibat kasus kejahatan narkotika' pemimpin tersebut berhasil meringankan hukuman anggota keluarganya yang terlibat kasus narkotika.
Ketika sifat tamak, rakus dan serakah menjelma menjadi momok menakutkan bagi rakyat.
Lantas, rakyat mau berlindung pada siapa ?
Kalau pemimpin sudah ditakuti oleh rakyat karena kekayaannya dan kekuasaannya yang bagaikan kaisar' maka rakyat enggan mengadu padanya terkait kejahatan-kejahatan yang dilakukan orang-orang terdekat dan keluarganya sendiri.
Keluarganya dibekali payung hukum yang membuatnya kebal dengan pasal-pasal dan tak tersentuh dinginnya jeruji besi, justru rakyat sendirilah yang masuk jeruji besi akibat ulah pemimpinnya. Rakyat cuma dijadikan alamat dan sasaran diktatorisme.
Rata-rata uang yang didapat pemimpin itu jumlahnya milyaran rupiah, lumayan buat beli mobil.
Tapi mobilnya buat dirinya sendiri dan keluarganya' bukan untuk rakyat.
Apalagi soal pembagian beras, terutama saat malam Hari Raya Idul Fitri' beras untuk orang fakir miskin belum habis karena kelebihan kuota saja langsung di embat !
Uang Proyek saja dia doyan minta ampun, semuanya masuk kedalam perutnya yang gendut sampai-sampai resleting celananya nggak muat karena kegedean lingkar perut.
Kelihatannya dia pantas menerima kenikmatan itu di dunia ini, tetapi tidak kalau dia sudah mati' tunggu saja nanti kalau sudah habis masa jabatannya dan pensiun.
Pasti dia menderita dan tak akan dihormati lagi' aku yakin pasti !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar