4/23/2018

Seri Bharatayudha : Irawan Gugur (PART 04/END)

Gambar : Resi Bhisma dari Pertapaan Talkanda

Srikandi yang melihat Resi Bhisma mulai berpasrah akhirnya segera melepaskan anak panah ke arah pertapa tua renta itu. Dan terhunuslah anak panah ke dada Resi Bhisma, lantas robohlah Resi Bhisma dari atas kereta perang.
Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu segera mendekati tubuh Resi Bhisma yang sudah dilumuri darah’ para Pandawa dan Kurawa yang masih sibuk berperang akhirnya mengerumuni tubuh Resi Bhisma sambil merintih sedih.

Para Pandawa dan Kurawa mencoba untuk memberikan sesuatu kepada Resi Bhisma, Werkudara memberikan beberapa potongan senjata sebagai bantal’ Resi Bhisma bangga dengan pemberian Werkudara yang memang seharusnya dirasakan para perwira karena seorang ksatria harus tidur diatas tumpukan senjata.

Arjuna memberikan air tanah sebagai suguhan bagi Resi Bhisma, sang pertapa makin bangga dengan Arjuna karena itulah yang diminta. Kemudian Resi Bhisma mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum wafat. Resi Bhisma meminta agar Bharatayudha dihentikan sementara waktu untuk menghormatinya. Tiba-tiba dari atas langit, muncul arwah Dewi Amba menjemput Resi Bhisma yang sudah sekarat. 

Dan Resi Bhisma meninggal dunia seketika setelah jiwanya dijemput arwah Dewi Amba.
Resi Bhisma yang sudah tiada bernyawa lalu dikremasi, semua orang di medan perang Kurukasetra mengenakan busana serba putih untuk melayat atas kematian Resi Bhisma. Semua orang tertunduk lesu saat jenazah Resi Bhisma sudah hangus menjadi abu, kemudian abu jenazah Resi Bhisma dibawa ke pertapaan Talkanda sebagai tempat persembunyian terakhir.

Para Pandawa dan Kurawa kembali ke pesanggrahan masing-masing, sementara itu Abimanyu dan beberapa putra Pandawa yang lain kembali ke pesanggrahan sambil membawa berita duka. Irawan putra Arjuna gugur bersama lawan tandingnya yang merupakan seorang raja raksasa.

Arjuna berduka, begitupun seluruh anggota pasukan di pesanggrahan Gupalawiya’ mendengar kejadian itu Prabu Matswapati menyarankan agar semua putra-putra Pandawa disuruh kembali ke negeri Amarta karena peperangan ini bisa membahayakan nyawa.

Prabu Matswapati takut kalau nanti seluruh putra-putra Pandawa tumpas seiring berjalannya Bharatayudha. Akhirnya semua putra-putra Pandawa termasuk Gatotkaca dan Abimanyu disuruh pulang agar tidak menjadi korban perang.
Namun, Prabu Kresna sebagai pujangga perang mengatakan bahwa peranan seluruh putra Pandawa masih dibutuhkan jika ada salah satu senapati yang gugur. Gatotkaca menurut saja dengan dawuh uwaknya, tetapi lain hal dengan Abimanyu.

 Abimanyu masih ingin maju perang, tapi Arjuna melarangnya kembali ikut berpartisipasi dalam pertempuran mengingat kematian Irawan yang baru saja diberitakan. Akhirnya Abimanyu disuruh kembali ke Wirata. 

Sedangkan Gatotkaca disuruh kembali ke Pringgadani sambil menyusun kekuatan baru bersama para punggawa denawa seperti Patih Prabakesa, Brajalamatan dan Brajawikalpa.
Dengan hati kecewa, Abimanyu kembali pulang ke Wirata sendirian tanpa didampingi siapapun. Dalam hati, Abimanyu bertekad melanjutkan perang meski tanpa perintah dari orangtuanya maupun juru strategi perang.

Abimanyu pulang dengan wajah lesu sambil menemui kedua istrinya ialah Siti Sundari dan utari yang dari tadi menanti kehadiran sang putra Arjuna. Abimanyu dengan wajah masam memandang ke arah Utari yang kala itu sedang menimang bayi laki-laki.
Karena bayi laki-laki itu belum diberi nama, maka Abimanyu memberi nama anak laki-lakinya itu dengan gelar Parikesit. Pemberian nama ini merupakan usulan dari Arjuna, ayahnya karena ini sesuai dengan isi ramalan bahwa Parikesit kelak akan menjadi raja seusai Bharatayudha.

(Selesai)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar