Foto : Max Biaggi, mengendarai Yamaha YZR M1 di musim 2000
Kegagalan Max Biaggi merebut gelar juara dunia kelas 500cc dari tangan Valentino Rossi membuat Yamaha belum sepenuhnya menyerah. Pada tahun 2001 Yamaha sedang mengembangan sebuah motor untuk dipertandingkan dalam kompetisi musim 2002 dimana semua motor balap wajib menggunakan mesin 4 tak 990cc.
Proyek Yamaha YZR M1 ini sudah dibicarakan sejak awal tahun 2001, targetnya motor ini akan diserahkan kepada Max Biaggi dan Carlos Checa sebagai motor pabrikan resmi.
Mengingat tidak semua pembalap Yamaha memakai motor YZR M1, karena Yamaha hanya memproduksi 2 unit saja untuk kedua pembalap tim Marlboro Yamaha.
Maka pada tahun 2002, pembalap tim satelit sekelas Norick Abe, Jose Luis Cardoso, Pere Riba, Shinya Nakano, Olivie Jacque, John Hopkins dan Garry McCoy harus memakai motor YZR 500 buatan tahun 2001 yang sempat dikendarai Max Biaggi dan Carlos Checa.
Tahun 2002 merupakan era baru dalam dunia balap dimana mesin 4 tak adalah regulasi resmi yang sudah digodog sejak tahun 1999.
FIM menilai bahwa MotoGP harus seperti Superbike yang sudah terlebih dahulu memakai moto 4 tak sejak awal musim tahun 1988 silam. Persiapan Yamaha menghadapi kelas 4 tak yang masih baru ini terbilang tidaklah semulus saat menghadapi kelas 2 tak seperti dahulu.
Untuk berkompetisi dengan format 4 tak, Yamaha menggunakan mesin jenis Inline 4 yang hanya memasang 1 knalpot saja. Tidak seperti halnya Honda yang memakai mesin V4, mesin Inline 4 dibuat agar pembalap bisa langsung beradaptasi dengan motornya.
Ditambah mesin Inline 4 yang diciptakan Yamaha dikenal ramah lingkungan dan mudah dibongkar-pasang oleh mekanik. Sebetulnya proyek mesin Inline 4 ini merupakan proyek sepele yang membuat Yamaha harus menunggu selama 2 tahun untuk bisa meraih gelar juara sejak tahun 1992 kala masih memakai mesin 500cc.
Max Biaggi hanya mengoleksi 2 kemenangan dan 6 podium yang membuatnya bertengger di posisi 2 klasemen, sedangkan Carlos Checa yang lebih lambat dari Biaggi cuma mengoleksi 4 podium sehingga menempatkannya pada posisi 5 klasemen. Bisa dibilang proyek di awal era baru yang dilakukan oleh Yamaha tidak begitu mengecewakan, sebab target mereka adalah tetap menempel dibawah Honda sekaligus membuka peluang untuk menggeser klasemen yang sempat diduduki Suzuki pada era 500cc.
Di sisa musim tahun 2002, Olivier Jacque dan Shinya Nakano baru mendapat jatah motor YZR M1 pada GP Sepang, GP Motegi dan GP Philip Island. Sedangkan Norick Abe sempat mencicipi mesin YZR M1 pada awal pra musim, tapi kemudian sepanjang musim menggunakan mesin YZR 500 karena mesin baru harus dipakai Biaggi dan Checa. Norick Abe baru memakai mesin YZR M1 pada balapan GP Philip Island dan GP Valencia.
Di musim berikutnya pada tahun 2003, Yamaha akhirnya tampil dengan motor 4 tak diseluruh lini mulai dari tim pabrikan hingga tim satelit. Sayangnya pembalap andalan Yamaha, Max Biaggi keluar dari tim garputala untuk kembali reuni dengan Honda setelah berpisah sejak tahun 1998 silam.
Kepulangan Max Biaggi ke Honda disebabkan oleh performa mengecewakan Yamaha dan celakanya sponsor utama mereka juga hengkang ke tim pabrikan pendatang baru, Ducati Corse. Philip Morris International selaku pemilik merek rokok Marlboro sudah membicarakan masa depan baru di kompetisi balap motor grand prix dunia bersama Ducati.
Uniknya, pindahnya Marlboro ke Ducati juga diikuti oleh kepindahan bekas pembalap yang pernah mereka sokong yaitu Loris Capirossi kala masih membela Team Pileri pada tahun 1992-1995
Perubahan lini pembalap di kubu Yamaha kembali terjadi, Marco Melandri yang sebelumnya menjuarai kelas 250cc bersama Aprilia akhirnya naik kelas ke MotoGP lalu bergabung dengan tim Fortuna Yamaha Tech3 bersama Norick Abe dan Carlos Checa.
Akhirnya tim pabrikan Yamaha di-isi oleh Alex Barros dan Olivier Jacque dengan sponsor barunya, Gauloises Blondes yang tadinya berada di Tech 3 Racing. Sedangkan tim Tech3 menggunakan bekas sponsor Daijiro Kato yaitu Fortuna untuk 3 musim mendatang.
Ironinya selama musim 2003, Yamaha tidak pernah menang sama sekali dan hanya meraih podium karena faktor Max Biaggi yang masih menjadi bayang-bayang. Meski semua motor tergolong baru, namun Yamaha tidak mampu berbuat banyak dan selalu saja dikalahkan oleh Honda yang sukses dengan RC 211V.
Ironinya selama musim 2003, Yamaha tidak pernah menang sama sekali dan hanya meraih podium karena faktor Max Biaggi yang masih menjadi bayang-bayang. Meski semua motor tergolong baru, namun Yamaha tidak mampu berbuat banyak dan selalu saja dikalahkan oleh Honda yang sukses dengan RC 211V.
(Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar