![]() |
JAMRUD |
Agustus 1999 menjadi momen paling memilukan dan menggemparkan dalam industri musik di tanah air, personil grup musik Jamrud asal Cimahi, Jawa Barat' Fitrah Alamsyah meninggal dunia setelah ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar.
Disusul Oktober 2000, Sandy Handoko' pemain drum Jamrud juga menyusul ke hadirat Illahi setelah menjalani masa rehabilitasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Fitrah Alamsyah adalah gitaris Jamrud yang sudah bergabung sejak tahun 1992, Sandy Handoko baru diajak bergabung pada tahun 1995 setelah menggantikan Denny Barnas yang pada waktu itu menjadi personil caretaker.
Kiprah Fitrah dan Sandy bersama Jamrud dimulai saat mereka tampil bersama pada awal Januari 1995 dan berhasil menembus dapur rekaman setelah menandatangani kontrak master album dengan Logiss Record, label rekaman milik Log Zhelebour.
Fitrah Alamsyah waktu itu berteman akrab dengan Azis Mangasi Siagian, mereka sama-sama bekerja sebagai guru les musik di bidang gitar. Menurut Azis, Fitrah itu sosok pekerja keras dan mau diajak berlama-lama di dalam studio untuk melakukan eksperimen guna menciptakan irama gitar yang mantap.
Namun, belakangan Fitrah Alamsyah mulai tidak akrab dengan Azis Mangasi Siagian semenjak Sandy Handoko bergabung. Sejak saat itu Fitrah lebih akrab dengan Sandy gara-gara menggemari kebiasaan yang sama' yaitu tidur sekamar di basecamp Jamrud yang terletak di Kebonsari, Cimahi.
Kebersamaan Fitrah dan Sandy ini akhirnya terbawa hingga naik ke atas panggung, ibaratnya mereka berdua ditakdirkan sebagai "Kakak-Adik" di dalam satu profesi yaitu sebagai seniman musik. Jamrud masuk industri rekaman dengan menelurkan album "Nekad" yang dirilis pada bulan Desember 1995.
Album "Nekad" sukses di pasaran dengan angka penjualan 500.000 copy dan dicatat dalam chart MTV Asia sebagai salah satu debutan paling potensial di dunia musik. Jamrud yang diperkuat Krisyanto, Azis Mangasi Siagian, Ricky Teddy, Fitrah Alamsyah dan Sandy Handoko berhasil mencuri perhatian anak muda dengan musiknya yang inovatif, baru dan tidak membosankan.
Lagu yang diusung menceritakan tentang kehidupan anak remaja di era 90an, bahkan lirik-lirik lagunya cenderung menabrak tatanan dalam bersyair karena mengandung kata-kata bernuansa gaul. Kesuksesan di album "Nekad" lantas diteruskan ke album barunya yang berjudul "Putri".
Album ini dirilis pada bulan Februari 1997 ini juga mengusung tema lirik yang sama seperti pendahulunya, cuma kali ini musiknya lebih keras dan distorsinya lebih berat. Perlu diketahui bahwa album yang bertema rock alternatif ini mencapai angka penjualan 800.000 copy dan mengukuhkan Jamrud sebagai grup musik yang paling ditunggu-tunggu konsernya.
Tibalah saatnya Jamrud melakukan tour ke seluruh Indonesia, waktu itu Jamrud memutuskan untuk konser keliling Sumatra. Kota yang dikunjungi Jamrud sebagai lokasi tour adalah Palembang, Sumatra Selatan. Di Kota Pempek inilah awal dari sebuah kehancuran dimulai, Fitrah Alamsyah dan Sandy Handoko membeli sebuah barang haram berbentuk putaw dari seorang bandar yang mengaku-ngaku sebagai wartawan media massa.
Awalnya, Fitrah Alamsyah dan Sandy Handoko cuma diajak interview sebelum konser. Interview itu terjadi saat para personil Jamrud yang lain sedang berada diluar jangkauan. Celakanya, Fitrah dan Sandy akhirnya jadi sasaran interview abal-abal yang dilakukan seorang bandar narkoba yang mengaku wartawan itu.
Mereka ditawari "Obat Kuat Begadang" dan "Obat Pemulih Stamina", bukan Ginseng atau Pasak Bumi melainkan narkoba berbentuk serbuk alias putaw. Fitrah dan Sandy terbujuk rayuan sang bandar sehingga mereka membelinya secara diam-diam dan tidak lama setelah itu mereka jadi kecanduan walau tidak ketahuan secara fisik.
Tapi, yang namanya rahasia pasti akan terbongkar juga pada waktunya' Fitrah dan Sandy mulai kehilangan kontrol atas emosi dan akal mereka sendiri. Fitrah lebih sering nyerocos dan Sandy lebih suka menyendiri, itulah akibat dari pemakaian barang haram itu semenjak konser di Palembang.
Bahkan proses penggarapan album "Terima Kasih" yang akan dirilis tahun 1998 berjalan tidak lancar karena Fitrah dan Sandy sulit dihubungi melalui telepon.
Sampai-sampai Azis Mangasi Siagian datang ke rumah mereka masing-masing' namun pihak keluarga tidak mengetahui keberadaan mereka berdua.
Yang mereka ketahui adalah mereka cuma bilang "Pamit Kerja" dan tidak ada penjelasan lain selain itu. Lama-lama Azis mulai curiga dan merencanakan interogasi khusus terhadap kedua-duanya.
Setelah di interogasi, Fitrah pun mengaku ia pakai narkoba untuk memulihkan stamina. Azis awalnya masih memaafkan perbuatan rekan se grup nya itu, tapi lama-lama tidak betah juga dengan ulah dan tingkahnya.
Saat konser pun pernah Fitrah dibopong ke atas panggung gara-gara sakau, tapi dia masih memainkan alat musik gitar dengan baik hingga akhir pertunjukan. Fitrah Alamsyah akhirnya disuruh ikut rehab, tapi ternyata tidak kunjung dilaksanakan karena masih sibuk menikmati putaw di tempat-tempat sepi.
Pernah kejadian, Fitrah dan Sandy bertengkar di kamar mandi saat syuting video clip "Terima Kasih" karena berebut putaw, namun pertengkaran itu dilerai oleh sutradara video clip, Jose Purnomo.
Video Clip berikutnya, "Otak Kotor" menjadi penampilan terakhir Fitrah Alamsyah di layar kaca sebelum akhirnya menghilang tanpa kabar. Hingga pada akhirnya Fitrah Alamsyah meregang nyawa di sebuah kamar kosong nan sepi pada bulan Agustus 1999. Fitrah Alamsyah tewas overdosis dengan mulut berbusa. Padahal konser tour album "Terima Kasih" sedang berlangsung dan tinggal menyisakan beberapa kota yang akan digelar.
Dan pada waktu itu video clip "Dokter Suster" yang hendak digarap hanya menampilkan empat personil minus Fitrah Alamsyah. Meski dalam suasana duka, Jamrud tetap konser secara off air dan on air di televisi.
Terlebih ketika Jamrud pentas di Indosiar, terlihat pemandangan yang janggal dimana tidak ada sosok Fitrah Alamsyah yang biasa mengiring suara gitar mendampingi Azis Mangasi Siagian. Hanya menyisakan Sandy Handoko yang berwajah pucat pasi karena habis memakai putaw.
Sandy Handoko yang masih terpengaruh narkoba pun saat ini mencoba bertahan agar tidak dipecat lantaran memakai narkoba. Sandy Handoko disarankan untuk rehabilitasi secara ketat di Pondok Pesantren agar cepat sembuh dari pengaruh narkoba. Lantas Log Zhelebour memutuskan untuk mengskorsing Sandy seusai rekaman lagu "Surti Tedjo" yang masuk daftar lagu untuk album "Ningrat".
Sandy Handoko menjalani rehabilitasi secara ketat dan jauh dari sanak saudara, akhirnya Sandy dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumah. Namun, tidak lama kemudian Sandy Handoko masuk rumah sakit karena penyakit hepatitis nya kambuh. Kondisi fisiknya drop setelah menjalani masa rehabilitasi, dikarenakan pengaruh putaw sudah memicu kambuhnya penyakit hepatitis yang sudah lama di-idapnya.
Sandy Handoko sempat kritis dan ditolong dengan alat pacu jantung, namun nyawa sang penggebuk drum itu tidak tertolong. Sandy Handoko meninggal dunia di rumah sakit dan meninggalkan seorang istri beserta anak perempuannya.
Sandy Handoko dimakamkan di TPU yang berada di kawasan Perumahan Sarijadi, tempat tinggal keluarganya. Fitrah Alamsyah dan Sandy Handoko berada di alam yang sama sekarang, yakni alam kubur. Mereka tahu apa yang mereka rasakan saat ini karena mereka harus menanggung segala akibat dari perbuatannya.
Fitrah Alamsyah dan Sandy Handoko sudah dikontrak untuk mati sebagai pecandu narkoba. Dunia hiburan saat itu berduka, Jamrud kehilangan dua personil andalannya yang selama ini membantu kesuksesan di sepanjang karir.
Album "Ningrat" dirilis pada bulan November 2000 sebagai bentuk pernghormatan terhadap Fitrah dan Sandy yang telah menghadap kepada Tuha YME.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar